Jakarta, bhayakaranews.net - Tidak sedikit orang Indonesia yang punya keahlian, kemampuan dan kepintaran dalam dirinya. Hanya saja karakter itu digunakan untuk pribadi demi kebutuhan-kebutuhan diri sendiri dan keluarganya.
Begitu pun sangat jarang ditemui orang yang punya keahlian, kemampuan dan kepintaran mau untuk terjun ke dunia politik praktis untuk terlibat secara langsung dalam membangun bangsa dan negara.
Lain halnya dengan Prof. DR. Ir. GPH. *Suryogo* Mangkurat Hadikusumo, MBA, Ph.D, anak tertua dari Wakil Presiden Kedua Republik Indonesia, Hamengkubuwono IX, Gusti Raden Mas Dorodjatun dari ibu Trah Paku Alam Jogjakarta.
Dia adalah seorang pakar ahli ekonomi yang sudah melanglang buana di dunia internasional, berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain.
Dia juga sering jadi nara sumber di seminar internasional, motivator ekonomi dan pernah menjabat sebagai salah satu petinggi di World Bank.
Tidak diragukan lagi pengalaman dan kredibilitasnya sangat mumpuni bila menjadi orang nomor satu di negara ini untuk membawa *pertumbuhan ekonomi yang beradat dan berbudaya Indonesia maju* yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Saat ditemui awak media, ditanyakan tentang apakah dia berminat meramaikan bursa pencalonan presiden dalam pilpres tahun 2024 nanti, dia mengatakan tidak ada salahnya bila seseorang terpanggil untuk menjadi pemimpin suatu negara yang akan membawa kesejahtaraan bagi bangsa dan negara.
Saat ditanya mengenai indikator apa yang dilakukan seorang presiden untuk memajukan negara, dia menjelaskan bahwa salah satunya adalah meningkatkan *pertumbuhan ekonomi yang beradat dan berbudaya*.
Untuk *peningkatan ekonomi yang beradat dan berbudaya* itu, Prof. Mangkurat Hadikusumo mengatakan, yang perlu diatur adalah alokasi sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan sistem yang mencakup semua komponen-komponen bangsa dengan harmoni.
Memadukan sektor pendidikan, ketenagakerjaan dan tranmigrasi, perindustrian, perdagangan, pariwisata, koperasi dan usaha kecil menengah, pertanian, lingkungan hidup dan kehutanan, kelautan dan perikanan maupun perhubungan.
Didukung pula dengan *teknologi quantum* untuk penguatan-penguatan disektor pertahanan negara, sistem keuangan negara, pengawasan, hukum dan hak asasi manusia, lembaga-lembaga riset, kepolisian, kesehatan, dan lain sebagainya, ungkap anak tertua dari Wakil Presiden RI kedua ini kepada wartawan.
Yang semua sektor-sektor tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk melibatkan semua stakeholder baik pemerintah daerah maupun swasta.
Tidak terlepas pula menjaga dinamisasi hubungan trias politika antara eksekutif, legislatif dan yudikatif, yang tetap harus berjalan sesuai peran dan posisi kedudukannya masing-masing dalam negara, katanya.
Lebih lanjut, Prof. Mangkurat Hadikusumo menyampaikan, selain ekonomi, dewasa ini hal yang perlu diantisipasi adalah korupsi. Korupsi adalah hal yang paling merusak proses perjalanan dalam memajukan bangsa dan negara, tegasnya.
Menurutnya, sistem pengawasan sebagai sarana pencegahan dan supremasi hukum sebagai upaya penindakan untuk membuat jera dipastikan harus berjalan dengan baik dan benar *berbasis teknologi quantum*
“Belum tentu dengan banyaknya lembaga penegak hukum anti rasuah dapat menghentikan korupsi yang terjadi”, imbuhnya.
Diperlukan kekuatan dari seorang presiden untuk mampu memahami dan merespon sinyal-sinyal ada kejanggalan dalam perjalanan program-program pemerintah yang sudah dicanangkan, namun tidak atau belum berjalan sesuai dengan tujuan.
Hal ini perlu kejelian dan naluri yang kuat untuk segera memperhatikan segala sesuatu yang sebetulnya terjadi, sebelum ada laporan atau keluhan dari masyarakat di media sosial.
Dan masih banyak lagi yang perlu dilakukan oleh seseorang dengan jabatan presiden dalam menjalankan tugas dan peran yang harus diemban.
Yang terpenting adalah sasaran dan tujuannya adalah *pertumbuhan ekonomi yang beradat dan berbudaya* berdampak pada kesejahteraan bangsa, tutup Mangkurat Hadikusumo. (red)
0 Komentar