Mojokerto-Bhayangkara.Nets.
Dengan semangat yang menunjukan akan kepedulian terhadap lingkungan sekitar yuk Ti berbicara dari tahun 2016 tengah terjadi aktifitas galian di daerah penyangga yang rawan longsor.Kamis, 20/10/2022.
Dengan kejadian bencana alam ini kembali kami Paguyupan Srikandi Peduli Lingkungan Majapahit (PSPLM) buat pesan moral terhadap para Pemangku Kebijakan di Mojokerto.
Kemudian tahun 2017 - 2018 warga terus menerus bergejolak tetapi tidak ada titik temu, akhirnya terbentuk Perkumpulan PSPLM dari 3 (tiga) Desa yaitu dari Desa Mbening, Desa Jati Dukuh, Desa Ngebat.
PSPLM sangat menentang aktifitas-aktifitas tambang galian di bantaran Sungai Galuh yang terjadi tahun 2016. Bahkan sebelum terjadi dibawahnya lagi, mulai Dusun Mbentreng, Desa Ngambat sepanjang 8 KM kearah Jati Dukuh bantaran Galuh pernah terjadi pengrusakan yang luar biasa.
Kami mengingatkan sekali jangan ada aktifitas-aktifitas pengrusakan disana di bantaran Sungai Galuh.
Ingat tahun 2003 pernah terjadi Banjir bandang. Dan waktu itu Kalipikatan amber/meluap, dan yang terjadi di Mojokerto. Jadi jangan terjadi lagi di Mojokerto.
Alam kita semakin kritis, dan kami yang berpesan jangan ada aktifitas pengrusakan di Sungai Galuh lagi.
Tidak juga di Kecamatan Gandang, kecamatan Jatirejo, Kecamatan Trawas, juga Kecamatan Pacet, itu daerah penyangga.
Semoga kita semua selalu selektif mencari pekerjaan jangan menghalalkan segala cara untuk mencari nafkah, untuk keluarga kita. Ingat kalau bukan kita siapa lagi yang peduli.
Mudah-mudahan kata-kata yang mungkin tidak penting ini dari rakyat kecil, menjadi motifasi, menjadi semangat dari hati kita. Tentunya menjadi motifasi untuk para pejabat Bapak/Ibu yang terhormat. Jangan hanya karena tidak ada kewenangan, kita lupa bahwa alam disekitar kita ini butuh perhatian dan butuh perlindungan dari kita sebagai manusia. Jika kita merawatnya, alam ini akan merawat kita beserta isinya. Pungkas yuk Ti.
(Dyah)
0 Komentar