Duta Gong Kebyar Dewasa Kabupaten Gianyar untuk Pesta Kesenian Bali (PKB) ke XLI tahun 2019 Sekaa Gong Panji Kumara Mas dari banjar Jasri, Belega, Blahbatuh berkolaborasi dengan Sekaa Gong Dwija Cita Langu, Karang Taruna Putra Persada, Sukawati menunjukkan performa spektakuler pada pergelaran gong kebyar tingkat dewasa dalam rangkaian HUT Kota Gianyar ke-248 di Open Stage Balai Budaya, Minggu (28/4) malam.
Persembahan perdana dimulai dengan atraksi tabuh kreasi kekebyaran “Ambarawa”, yang bermakna angin, nafas, kekuatan maha dashyat berasal dari kesadaran, menjadi energi maha positif halus. "Ambarawa, merupakan refleksi kekuataan kebersamaan, dan kepekaan alam,” jelas Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar Wayan Jagra.
Selanjutnya, SG Panji Kumara membius penonton dengan tari kreasinya bertajuk Panji Bala Aga, yang membawa spirit Kebo Iwa menjadi semangat perjuangan masyarakat Blahbatuh pada masa kini. Semangat itu terpancar dalam konsistensinya melestarikan kearifan lokal kerajinan Bambu di Belega
Kemudian Solah Ngerawit “Hyang Tri Semaya” membuat penonton semakin larut dalam alunan gambelan. Bercerita tentang Sang Hyang Wisnu dalam semadinya, melihat ketidakwajaran di Marcepada. Hyang Tri Semaya, Brahma, Wisnu, Iswara turun ke marcepada membuat kesenian. Seni tabuh, seni tari diiringi para gandarwa. Terbang ke segala penjuru untuk menyebar kesenian. Dewa Wisnu menari telek, Brahma menari Tupeng Bang, dan Sang Hyang Iswara menjadi Barong Suari.
Penampilan pamungkas dari SG Panji Kumara Mas menyuguhkan Swara Yantra. Yaitu tentang hidup menjadi karunia ketika sudah melampaui lapisan - lapisan kesadaran tubuh, hingga mencapai kesadaran diri sejati. Nada Swara adalah Yantra atau sarana untuk menuju Hyang Maha Swara yaitu Iswara. Getaran dari lantunan nada-nada purwa, digarap dalam sentuhan kekinian dengan memberdayakan nada-nada Gong Kebyar, sebagai sarana untuk menuju Hyang Maha Swara.
Usai penampilan memukau dari SG Panji Kumara Mas, berikutnya SG Dwija Cita Langu, Karang Taruna Putra Persada Sukawati menunjukkan performa yang tidak kalah takjub. Dengan mempersembahkan tabuh pat lelambatan kreatif (Wangsul), mereka berhasil menjaga energi penonton yang seakan tiada habisnya untuk tetap menikmati pertunjukan.
Menurut Jagra, Wangsul dalam hal ini diartikan sebagai pulang kembali ke jati diri sesungguhnya. Sebab, selama ini, di dunia sudah sangat penuh dengan aktivitas dan kreativitas yang kadang membuat jenuh, sehingga menghasilkan kegelisahan hati berkepanjangan. Penata ingin kembali tunjukkan jati diri penuh dengan kelembutan, kehalusan, keagungan, dan ketenangan.
Selanjutnya, penampilan kedua berupa tabuh kreasi ‘Maskumambang’. Adalah gending kebyar yang diciptakan tahun 2007 silam oleh composer Nyoman Winda ini merupakan sosok kumbang memiliki warna kemilau keemasan. Maskumambang menjadi simbol dari jenis serangga indah yang menginspirasi gending kreasi gong kebyar, memberi dinamika yang saling merendah, dan mengukur setiap batas kekuatan warna yang ada. Sehingga memunculkan keterpaduan yang indah. Berikutnya, performa terakhir dari Gong Kebyar Dewasa itu ditutup dengan tari kebyar duduk.
Original Link Source:
BhayangkaraNews.Net
Terima kasih anda sudah membaca artikel Sekaa Gong Banjar Jasri Belega Ungkap Spirit Perjuangan Kebo Iwa
0 Komentar