Manakala bangsa ini sedang berduka karena musibah bencana gempa yang terjadi di Lombok, Palu dan Donggala, juga disusul kemudian di Sumba, bangsa ini pun dihebohkan pula dengan beredarnya kabar tentang seorang aktivis perempuan gaek bernama Ratna Sarumpaet, yang konon telah mengalami penganiayaan oleh orang tak dikenal di kawasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada 21 September 2018 lalu.
Beredarnya kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet yang selama ini dikenal publik sebagai seorang aktivis perempuan yang paling lantang mengkritisi pemerintahan Jokowi, dan jelang Pilpres 2019 mendatang memilih untuk menjadi anggota Badan Pemenangan Nasional kubu Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga Uno, sontak mengundang reaksi sejumlah tokoh dari kubu tersebut untuk mengumbar komentar yang substansinya menyerang kubu yang mereka anggap sebagai lawan.
Siapa lagi kalau bukan kubunya Jokowi yang menjadi pesaing, sekaligus dianggap batu sandungan semenjak Pilpres 2014 lalu.
Bukan hanya pasukan yang selalu setia berdiri di belakang Prabowo, dan kerapkali melontarkan komentar-komentar bernada nyinyiran selama ini terhadap Jokowi, bahkan Prabowo sendiri pun langsung memberikan pernyataan dengan berapi-api, dan seperti biasanya juga dengan nada yang tinggi, mengecam tindakan penganiayaan tersebut sebagai sebuah tindakan pengecut.
Dengan lantang Prabowo pun menuding ada motif politik di balik dugaan penganiayaan terhadap anggota badan pemenangannya itu.
Hanya saja semua komentar yang dilontarkan Prabowo cs. pun pada ahirnya terpatahkan. Oleh pengakuan Ratna Sarumpaet sendiri ternyata. Dalam pernyataannya di kediamannya di kawasan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Ratna menegaskan bahwa dia tidak pernah dianiaya atau dikeroyok di kawasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung pada 21 September 2018. Ia membantah kabar serta pernyataan sejumlah tokoh yang menyebut Ratna dianiaya hingga wajahnya lebam.
Ada pun wajah yang bersangkutan berubah bengkak, dan tampak lebam, menurut pengakuan Ratna sendiri, karena disebabkan dari efek operasi plastik yang dilakukannya di salah satu rimah sakit.
Olala...
Ratna Sarumpaet pun dengan jujur mengakui telah berbuat khilaf, karena telah menebar hoax. Dan dengan tulus ia pun meminta maaf. Begitu juga Prabowo Subianto yang sebelumnya telah menelan mentah-mentah dusta anggota tim pemenangannya itu, setelah mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, secara jantan langsung meminta maaf juga.
Akan tetapi dari semua hal di atas, kita sebagai bangsa Indonesia dapat mengambil hikmah yang sangat berharga. Sudahlah akhiri saja kekonyolan itu, jangan terus-menerus mentertawakannya. Maafkanlah mereka yang telah berbuat khilaf itu. Karena pada dasarnya setiap manusia senantiasa tak pernah lepas dari berbuat kesalahan. Terlepas dari kadarnya kesalahan itu sepele atau besar sehingga sampai menghebohkan. Sebagaimana yang terjadi pada Ratna Sarumpaet sekarang ini.
Demikian juga terhadap kabar-kabar yang berseliweran di media sosial maupun via mulut ke mulut yang acapkali menghampiri, jangan begitu gampangnya untuk mempercayainya. Untuk mengetahui kabar-kabar itu benar-benar sahih adanya, atawa justru sebaliknya sekedar hoax belaka, maka cek dan ricek wajib hukumnya untuk kita lakukan.
Bukankah bila kita asal telan saja kabar-kabar itu, apalagi langsung bereaksi memberi komentar yang bukan-bukan lagi, maka akibatnya...
Ya, seperti kubu Prabowo-Sandi. Meskipun secara jantan mengakui telah termakan kebohongan, tapi tetap saja rasa malu yang tak terperi akan sulit dihindari. Itupun kalau memang urat malu mereka belum putus sama sekali.
Akan halnya masalah elektabilitas Prabowo-Sandi semakin melorot turun dampak dari dusta Ratna Sarumpaet tersebut, karena rakyat semangkin hilang kepercayaan pada pasangan nomor urut 2 itu, itu mah urusan mereka sendiri.
Cag ah! ***
Adjat R. Sudradjat, Sumber foto: Tempo.co
artikel asli : Indonesiana
BhayangkaraNews.Net
Terima kasih anda sudah membaca artikel Ada Pelajaran Yang Berharga dari Sang Pencipta Dusta
1 Komentar
http://www.tribunus.co.id/2018/09/sat-polair-polres-jembrana-patroli.html
BalasHapus