KEDIRI - Sedikitnya terdapat 100 orang lebih pada hari Kamis malam (13/9/2018) berkumpul di halaman Petilasan Adipati Minak Sengguruh yang terletak di Sentanan Dusun Tunglur Desa Tunglur Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Jawa Timur untuk menggelar "Sarasehan Budaya "bersama Gus Naf'an Shalahuddin dari Wates Kediri, Sarasehan Budaya ini diselenggarakan bersama Pengurus Abdi Dalem Minak Sengguruh salah satu paguyupan yang diresmikan Pemdes Tunglur untuk pelestarian petilasan yang ada di Desa Tunglur.
Hadir dalam acara sarasehan budaya malam itu diantaranya, Gus Naf'an Shalahuddin bersama santri santrinya, Kepala Desa Tunglur bapak Mashudi, Kepala Dusun se Desa Tunglur, Tokoh Masyarakat Desa Tunglur, Tokoh Agama Desa Tunglur, Ketua MWCNU Kecamatan Badas, Gus Asrori Dari Ponpes Sumbersari Kencong Kecamatan Kepung, Kyai Nur Ali, Ketua Paguyuban Petilasan Adipati Minak Sengguruh, Khoirul Anam bersama 14 anaggotanya, Damar Panuluh Nusantara Rianto dan tim, Komunitas Laskar Harinjing Kabupaten Kediri, Komunitas GMPK Kediri, Mantan Panwaslu 2 Periode Murjito, Laskar Supit Urang, Paguyupan Situs Calonarang Kecamatan Gurah Kediri,Komunitas Pare Kulon dan juga dari Radio Airlangga Fm, Radio BJ Fm ,Awak media serta masyarakat Desa Tunglur.
Bahwa acara ini diselenggarakan dalam rangka mempererat tali silaturrahmi antar umat beragama khususnya yang berada di Desa Tunglur, dan memperkenalkan salah satu temuan terbaru berupa batu cagar budaya yang ada Desa Tunglur itu sendiri,
Sebulan yang lalu, masyarakat Desa Tunglur khususnya dan sekitarnya telah digegerkan dengan temuan serpihan dan potongan batu diduga cagar budaya yang ditemukan oleh abdi dalem minak Sengguruh di area pekarangan warga di sekitar petilasan, hal itu diluar dugaan, karna selama ratusan tahun masyarakat Desa Tunglur belum pernah mengetahui hal itu, yang diketahui hanya sebuah kayu atau pathok pengikat tali kuda yang saat ini diabadikan sebagai pepunden Desa Tunglur itu sendiri.
Untuk mengantisipasi adanya rumor atau kesalah pahaman di kalangan masyarakat atas penemuan cagar budaya, maka paguyupan abdi dalem minak Sengguruh mengajak masyarakat dan instasi pemerintahan Desa menggelar sarasehan budaya ,supaya bersama sama dapat mengangkat ke arifan lokal budaya yang ada di Desa Tunglur.
Dalam sambutannya Ketua Paguyupan Abdi Dalem Minak Sengguruh, Khoirul Anam berharap agar cagar budaya yang diduga tersebut sesegera dapat dikunjungi oleh tim peneliti dari dinas terkait, dan kami beberapa hari yang lalu juga sudah berkordinasi dengan dinas pariwisata purbakala Kabupaten Kediri untuk dilakukan peninjauan lebih lanjut.
Sementara Kepala Desa Tunglur Mashudi, mengucapkan terimakasih kepada masyarakat khususnya abdi dalem minak Sengguruh dan juga teman teman media yang sudah berupaya membantu Desa Tunglur dalam mengangkat budaya lokal, maupun situs cagar budaya yang ada di Desa Tunglur itu sendiri, kami minta saran nya dan wawasannya agar cagar budaya yang diduga tersebut sesegera dilakukan penelitian, dan bisa menjadi destinasi wisata religi daerah serta mampu mengangkat perekonomian masyarakat.
Dalam hal ini Gus Naf'an Shalahuddin yang merupakan motivator /budayawan mengajak masyarakat agar temuan temuan cagar budaya yang diduga ini untuk dilindungi dan dilestarikan, karena ini adalah bukti fisik yang tidak dapat dipungkiri, karena cagar budaya yang ditemukan tersebut usianya bisa ribuan tahun dan memiliki nilai tinggi, banyak kolektor yang mengincar atau mencari benda benda kuno tersebut untuk dijual, namun apakah mungkin batu cagar budaya yang bernilai tinggi ini akan beralih ke orang lain, bahkan yang lebih berharga lagi adalah batu cagar budaya tersebut memiliki nilai sejarah yang tidak dapat dinilai karna tidak semua daerah dapat memiki cagar budaya seperti yang dimiliki oleh di Desa Tunglur.
Kami sangat bangga dengan keberadaan cagar budaya yang baru ditemukan ini, karena saya yakin usianya sudah ribuan tahun dan itu ada di Desa Tunglur, harapan kami mari dari Pemerintah Desa bersama masyarakat untuk peduli bersama sama melindungi, mengangkat budaya kearifan lokal dan melestarikan cagar budaya warisan leluhur dihadapan dunia.
Dan ini akan menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ada di Desa Tunglur itu sendiri, yang dapat mengangkat perekonomian masyarakat Desa menjadi sejahtera, karna akan banyak pengunjung yang akan berkunjung ke situs ini nanti.
Sementara dari tim Damar Panuluh Nusantara Rianto menjelaskan, bahwa temuan temuan yang ada di Desa Tunglur ini ada kesamaan bahkan serupa dengan cagar budaya yang ada di Situs Calonarang Gurah Kediri yang sudah legal atau diresmikan oleh pemerintah daerah.
Saya bersama tim disini hanya sebatas mendampingi masyarakat untuk mengungkap benda benda kuno bersejarah yang ada di Desa Tunglur yang usianya diperkirakan ribuan tahun dan itu merupakan salah satu warisan leluhur nenek moyang yang mempunyai nilai tinggi dimata dunia.
Awalnya Saya penasaran dengan cagar budaya yang ditemukan oleh salah satu tim kami, karena 90 persen temuan itu sama dengan cagar budaya yang ada di situs Calonarang, kepada masyarakat jangan salah paham ya dan jangan di campur adukkan antara akidah dengan budaya dan sejarah, ini lebih kepada pelestarian cagar budaya " Dan beberapa minggu yang lalu kami sudah berkordinasi dengan BPCB Jatim Trowulan, bahwa akan lebih cepatnya pemerintah desa membuat laporan atas temun temuan cagar budaya yang diduga tersebut agar sesegera dilakukan penelitian.
Gus Naf'an Shalahuddin juga menambahkan bahwa masyarakat harusnya bangga dengan cagar budaya yang ditemukan ini, ini nanti bakal menjadi salah satu wisata religi ,dan jangan kaitkan dengan akidah, karna leluhur kita dulunya adalah orang orang yang membuat candi atau cagar budaya "kita sebagai anak keturunannya wajib memelihara dan melindungi supaya tetap terjaga kearifan lokal budaya maupun sejarah.
Untuk memperjelas agar masyarakat tidak bingung, Rianto menunjukkan satu persatu batu cagar budaya dihadapan masyarakat agar masyarakat lebih paham apa yang dimaksud dengan warisan leluhur,
Acara sarasehan budaya yang dikemas di halaman petilasan adipati Minak Sengguruh malam itu merupakan momen luar biasa apa lagi didukung tempatnya yang masih alami terdapat pepohonan dilingkungan petilasan tersebut.
Tidak hanya itu, adat dan budaya masyarakat Desa Tunglur masih kental akan budaya leluhur salah satunya yang disuguhkan malam itu adalah tumpeng berlaukan ikan loh (lele) ditambah makanan camilan dari polo pendem berupa telo (singkong) kacang tanah rebus, dan ubi ubian.
Ditempat terpisah usai acara, Sudarsono selaku Koordinator acara sekaligus paguyupan abdi dalem minak Sengguruh, berharap kedepan setelah acara ini masyarakat dapat paham dan membantu kami dalam melalukan upaya pengumpulan batu cagar budaya agar dapat dimanfaatkan bersama sama, dengan cara dilestarikan dan dikenalkan kepada masyarakat luas.(har)
Hadir dalam acara sarasehan budaya malam itu diantaranya, Gus Naf'an Shalahuddin bersama santri santrinya, Kepala Desa Tunglur bapak Mashudi, Kepala Dusun se Desa Tunglur, Tokoh Masyarakat Desa Tunglur, Tokoh Agama Desa Tunglur, Ketua MWCNU Kecamatan Badas, Gus Asrori Dari Ponpes Sumbersari Kencong Kecamatan Kepung, Kyai Nur Ali, Ketua Paguyuban Petilasan Adipati Minak Sengguruh, Khoirul Anam bersama 14 anaggotanya, Damar Panuluh Nusantara Rianto dan tim, Komunitas Laskar Harinjing Kabupaten Kediri, Komunitas GMPK Kediri, Mantan Panwaslu 2 Periode Murjito, Laskar Supit Urang, Paguyupan Situs Calonarang Kecamatan Gurah Kediri,Komunitas Pare Kulon dan juga dari Radio Airlangga Fm, Radio BJ Fm ,Awak media serta masyarakat Desa Tunglur.
Bahwa acara ini diselenggarakan dalam rangka mempererat tali silaturrahmi antar umat beragama khususnya yang berada di Desa Tunglur, dan memperkenalkan salah satu temuan terbaru berupa batu cagar budaya yang ada Desa Tunglur itu sendiri,
Sebulan yang lalu, masyarakat Desa Tunglur khususnya dan sekitarnya telah digegerkan dengan temuan serpihan dan potongan batu diduga cagar budaya yang ditemukan oleh abdi dalem minak Sengguruh di area pekarangan warga di sekitar petilasan, hal itu diluar dugaan, karna selama ratusan tahun masyarakat Desa Tunglur belum pernah mengetahui hal itu, yang diketahui hanya sebuah kayu atau pathok pengikat tali kuda yang saat ini diabadikan sebagai pepunden Desa Tunglur itu sendiri.
Untuk mengantisipasi adanya rumor atau kesalah pahaman di kalangan masyarakat atas penemuan cagar budaya, maka paguyupan abdi dalem minak Sengguruh mengajak masyarakat dan instasi pemerintahan Desa menggelar sarasehan budaya ,supaya bersama sama dapat mengangkat ke arifan lokal budaya yang ada di Desa Tunglur.
Dalam sambutannya Ketua Paguyupan Abdi Dalem Minak Sengguruh, Khoirul Anam berharap agar cagar budaya yang diduga tersebut sesegera dapat dikunjungi oleh tim peneliti dari dinas terkait, dan kami beberapa hari yang lalu juga sudah berkordinasi dengan dinas pariwisata purbakala Kabupaten Kediri untuk dilakukan peninjauan lebih lanjut.
Sementara Kepala Desa Tunglur Mashudi, mengucapkan terimakasih kepada masyarakat khususnya abdi dalem minak Sengguruh dan juga teman teman media yang sudah berupaya membantu Desa Tunglur dalam mengangkat budaya lokal, maupun situs cagar budaya yang ada di Desa Tunglur itu sendiri, kami minta saran nya dan wawasannya agar cagar budaya yang diduga tersebut sesegera dilakukan penelitian, dan bisa menjadi destinasi wisata religi daerah serta mampu mengangkat perekonomian masyarakat.
Dalam hal ini Gus Naf'an Shalahuddin yang merupakan motivator /budayawan mengajak masyarakat agar temuan temuan cagar budaya yang diduga ini untuk dilindungi dan dilestarikan, karena ini adalah bukti fisik yang tidak dapat dipungkiri, karena cagar budaya yang ditemukan tersebut usianya bisa ribuan tahun dan memiliki nilai tinggi, banyak kolektor yang mengincar atau mencari benda benda kuno tersebut untuk dijual, namun apakah mungkin batu cagar budaya yang bernilai tinggi ini akan beralih ke orang lain, bahkan yang lebih berharga lagi adalah batu cagar budaya tersebut memiliki nilai sejarah yang tidak dapat dinilai karna tidak semua daerah dapat memiki cagar budaya seperti yang dimiliki oleh di Desa Tunglur.
Kami sangat bangga dengan keberadaan cagar budaya yang baru ditemukan ini, karena saya yakin usianya sudah ribuan tahun dan itu ada di Desa Tunglur, harapan kami mari dari Pemerintah Desa bersama masyarakat untuk peduli bersama sama melindungi, mengangkat budaya kearifan lokal dan melestarikan cagar budaya warisan leluhur dihadapan dunia.
Dan ini akan menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ada di Desa Tunglur itu sendiri, yang dapat mengangkat perekonomian masyarakat Desa menjadi sejahtera, karna akan banyak pengunjung yang akan berkunjung ke situs ini nanti.
Sementara dari tim Damar Panuluh Nusantara Rianto menjelaskan, bahwa temuan temuan yang ada di Desa Tunglur ini ada kesamaan bahkan serupa dengan cagar budaya yang ada di Situs Calonarang Gurah Kediri yang sudah legal atau diresmikan oleh pemerintah daerah.
Saya bersama tim disini hanya sebatas mendampingi masyarakat untuk mengungkap benda benda kuno bersejarah yang ada di Desa Tunglur yang usianya diperkirakan ribuan tahun dan itu merupakan salah satu warisan leluhur nenek moyang yang mempunyai nilai tinggi dimata dunia.
Awalnya Saya penasaran dengan cagar budaya yang ditemukan oleh salah satu tim kami, karena 90 persen temuan itu sama dengan cagar budaya yang ada di situs Calonarang, kepada masyarakat jangan salah paham ya dan jangan di campur adukkan antara akidah dengan budaya dan sejarah, ini lebih kepada pelestarian cagar budaya " Dan beberapa minggu yang lalu kami sudah berkordinasi dengan BPCB Jatim Trowulan, bahwa akan lebih cepatnya pemerintah desa membuat laporan atas temun temuan cagar budaya yang diduga tersebut agar sesegera dilakukan penelitian.
Gus Naf'an Shalahuddin juga menambahkan bahwa masyarakat harusnya bangga dengan cagar budaya yang ditemukan ini, ini nanti bakal menjadi salah satu wisata religi ,dan jangan kaitkan dengan akidah, karna leluhur kita dulunya adalah orang orang yang membuat candi atau cagar budaya "kita sebagai anak keturunannya wajib memelihara dan melindungi supaya tetap terjaga kearifan lokal budaya maupun sejarah.
Untuk memperjelas agar masyarakat tidak bingung, Rianto menunjukkan satu persatu batu cagar budaya dihadapan masyarakat agar masyarakat lebih paham apa yang dimaksud dengan warisan leluhur,
Acara sarasehan budaya yang dikemas di halaman petilasan adipati Minak Sengguruh malam itu merupakan momen luar biasa apa lagi didukung tempatnya yang masih alami terdapat pepohonan dilingkungan petilasan tersebut.
Tidak hanya itu, adat dan budaya masyarakat Desa Tunglur masih kental akan budaya leluhur salah satunya yang disuguhkan malam itu adalah tumpeng berlaukan ikan loh (lele) ditambah makanan camilan dari polo pendem berupa telo (singkong) kacang tanah rebus, dan ubi ubian.
Ditempat terpisah usai acara, Sudarsono selaku Koordinator acara sekaligus paguyupan abdi dalem minak Sengguruh, berharap kedepan setelah acara ini masyarakat dapat paham dan membantu kami dalam melalukan upaya pengumpulan batu cagar budaya agar dapat dimanfaatkan bersama sama, dengan cara dilestarikan dan dikenalkan kepada masyarakat luas.(har)
BhayangkaraNews.Net
Terima kasih anda sudah membaca artikel Sarasehan Budaya Bersama Gus Naf'an, Kenalkan Situs Sejarah Dan Budaya Desa Tunglur
0 Komentar